Naskah Nusantara : Lebih baik di tangan Eropa



Ternyata naskah-naskah Nusantara yang berada di negara-negara Eropa jumlahnya sangat banyak, hal ini bisa disebabkan oleh Indonesia pernah dijajah oleh kekuatan besar di Eropa seperti Belanda dan Inggris. Berbagai bentuk naskah, barang arkeologi, hingga dokumen yang berasal dari seluruh Indonesia sebagian besar “mondhok” di negara tersebut.
Sebenarnya pemerintah Indonesia telah berupaya untuk mengembalikan naskah-naskah tradisional Indonesia tersebut, namun terganjal beberapa hal yang sangat pelik sehingga Pemerintah harus berpikir untuk menemukan cara mengembalikan koleksi pusaka tersebut. Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan cara mencoba untuk membeli barang-barang tersebut dengan uang, yang kedua dengan kerja sama dengan negara pemilik naskah tersebut untuk mengalihbahasakan naskah tersebut, dimana kedua negara akan memperoleh keuntungan. Dalam usahanya tersebut pemerintah juga terganjal dengan masalah hukum kepemilikan barang-barang tersebut dan juga permasalahan tidak adanya dana untuk membeli barang-bara tersebut.
Kebanyakan barang-barang tersebut biasanya dimiliki oleh seseorang dan kemudian dijual secara ilegal kepada negara lain untuk kemudian dipertunjukan di museum-museum negara tersebut. Padahal hal itu bertentangan dengan Konvensi Internasional yang mencoba untuk membudidayakan untuk menimpan barang-barang bersejarah itu sebagai warisan budaya Nusantara. Kebutuhan akan uang ternyata berbanding lurus dengan semakin banyaknya barang warisan budaya yang dijual kepada pihak asing, baik untuk kpentingan kelompok maupun kepentingan pribadi.
Itikad baik pun sudah ditunjukan dari negara Belanda maupun Inggris yang dengan sukarela untuk mengembalikan barang-barang warisan budaya Nusantara kepada Pemerintah Indonesia. Seperti, saat Menteri Muda Departemen Pendidikan Sains Kerajaan Inggris yang menghibahkan mikrofilm kepada Ny. Mastini Hardjoprakoso, Kepala Perpustakaan Nasional pada tahun 1991. Lalu pemerintah Belanda juga berkerjasama dengan pemerintah Indonesia mendatangkan sekitar 178 koleksi pada pameran bersama Museum Nasional Indonesia dan Rijksmueum Voor Volendunde Leiden di gedung Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.
Hal tersebut di atas menjadi titik terang bagi pemerintah Indonesia untuk mulai membuat replika dari barang-barang warisan budaya tersebut. Bahkan kegiatan kerjasama antara museum nasional dengan museum asing, terutama yang berasal dari Inggris  mulai gencar dilaksanakan, contohnya Annabel The Gallop membuat acara pameran keliling reproduksi foto dan penerbitan katalog manuskrip Indonesia yang dimiliki oleh Inggris ke Jakarta dan kota-kota di Indonesia lainnya. Dan hal tersebut menjadi sumbangan yang besar bagi ilmu pengetahuan di Indonesia terhadap manuskrip Indonesia yang berada di Inggris.
Melestarikan naskah memang menjadi prioritas utama, terutama dalam aspek keamanan dengan menggunakan prinsip mengurangi intervensi dalam naskah. Penggunaan mikrofilm juga adalah salah satu cara penjagaan pelestarian naskah kuno yang sudak lapuk. Setelah naskah tersebut sudah di reproduksi selanjutnya akan di dokumentasikan dan disebarkannya informasi melalui media. Penggunaan mikrofilm ini sangatlah membantu  sangatlah membantu bagi pelestarian naskah kuno.
Tapi tampaknya naskah-naskah asal Indonesia tersebut lebih baik disimpan di negara-negara Eropa, karena lebih terawat apabila disimpan disana bila dibandingkan jika disimpan di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga belum mempunyai dana yang memadai untuk pelestarian itu, karena dibutuhkan dana yang sangat besar untuk melestarikan seluruh naskah yang jumlahnya sangatlah banyak. Kurangnya sumber daya manusia yang mumpuni dalam hal pelestarian naskah juga menjadi kendala tersendiri bagi pemerintah Indonesia. Karena jika dilihat secara sekilas, bangsa ini kurang menghargai sejarahnya sendiri karena tertutup dengan hingar bingarnya kemajuan teknologi yang mulai mendunia. Maka perlu diadakan sosialisasi sejak dari dini untuk menanamkan kembali rasa kecintaan terhadap sejarah kita sendiri.
Karena menurut Dr. Fuad Hassan, salah satu manfaat dari mempelajari naskah-naskah kuno yaitu memetik kearifan lokal yang kelak digunakan menghadapi kenyataan hidup sekarang. Dan dari hasil telaah naskah-naskha kuno tersebut kita juga dapat mengetahui informasi bahwa bangsa ini telah mempunyai kebudayaan yang adi luhung dan tingkat peradaban yang tinggi sejak zaman dahulu kala. 

Sumber :
Majalah Panyebar Semangat

0 Comments