Keroncong and The History : History of Keroncong

Dimulai pada abad 17, masa ketika kaum Mardijkers yang merupakan keturunan pensiunan tentara Portugis yang berasala dari India, Filipina, bahkan Afrika mulai memperkenalkan musik keroncong di Batavia. Keroncong bukanlah kesenian asli ciptaan orang-orang Indonesia. Namun, menurut Kusbini mengatakan bahwa musik keroncong asli ciptaan orang Indonesia, lebih lanjut dikatakan bahwa lagu keroncong Indonesia memang banyak dipengaruhi dan diilhami oleh lagu Portugis abd 17, tetapi nada dan iramanya sangat berbeda.
meskipun ada perbedaan tersebut, patutlah disadari bahwa keberadaan keroncong di Indonesia dimulai pada abad ke 17, pada saat kedatangan bangsa Portugis ke Batavia.

Empat tahap masa perkembangan tersebut adalah

  •  Masa keroncong tempo doeloe (1880-1920),
  •  Masa keroncong abadi (1920-1960), dan
  •  Masa keroncong modern (1960-2000), serta
  •  Masa keroncong millenium (2000-kini)

sejarah keroncong bermula dari Kampung Tugu di Batavia. di sana terdapat sekelompok masyarakat yang mempunyai hubungan erat dgn Portugis yang disebut "Black Portuguese". ada yang berpendapat bahwa Black Portuguese ini sebenarnya yang berdarah Goa, Bengali, atau Coromandel yang dibaptis Katolik oleh tuan/majikan mereka, Orang Portugis. setelah dibaptis mereka mendapat nama Portugis.
ada pendapat lain mengenai Black Portuguese, yaitu adalah orang-orang Moor yang menguasai semenanjung Luso-Iberia pada abad 7-15. ketika persekutuan Raja Katolik merebut wilayah itu sekitar tahun 1492, beberapa diantaranya bangsa Moor yang beragama Islam bersedia dibaptis menjadi Katolik dan mendapat nama Portugis.

menurut Johann Manusama yang diperkuat Antonio Pinto da Franca, lagu keroncong pertama di Indonesia muncul di Kampung Tugu tahun 1661 yang berjudul Moresco, Kafrinyu, Old Song, dan Craddle Song. baru sekitar tahun 1870-an, ketika bahasa Melayu populer, masyarakat Indonesia dan Eropa mulai tertarik dan sedikit berubah menjadi lebih romantis yang bertujuan untuk merayu lawan jenis.

pertengahan awal abad ke-20 adalah masa dinamis dalam sejarah perkembangan musik keroncong, terjadi perubahan dan perkembangan dari segi alat musik, irama, karakter lagu dan apresiasi terhadap musik keroncong. dan mulai diperdengrakan di radio-radio dan direkam pada piringan hitam di kota-kota besar Jakarta, Surabaya, Bandung, jogja, dan Solo.

Dalam bentuknya yang paling awal, Moresco diiringi oleh musik dawai, seperti biola, ukulele, serta selo. Perkusi juga kadang-kadang dipakai. Set orkes semacam ini masih dipakai oleh keroncong Tugu, bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh komunitas keturunan budak Portugis dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta Utara, yang kemudian berkembang ke arah selatan di Kemayoran dan Gambir oleh orang Betawi berbaur dengan musik Tanjidor (tahun 1880-1920). Tahun 1920-1960 pusat perkembangan pindah ke Solo, dan beradaptasi dengan irama yang lebih lambat sesuai sifat orang Jawa.
Pem-"pribumi"-an keroncong menjadikannya seni campuran, dengan alat-alat musik seperti
  • sitar India
  • rebab
  • suling bambu
  • gendang, kenong, dan saron sebagai satu set gamelan
  • gong.
Saat ini, alat musik yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup
  • ukulele cuk, berdawai 3 (nilon), urutan nadanya adalah G, B dan E; sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong - crong sehingga disebut keroncong (ditemukan tahun 1879 di Hawai, dan merupakan awal tonggak mulainya musik keroncong)
  • ukulele cak, berdawai 4 (baja), urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F);
  • gitar akustik sebagai gitar melodi, dimainkan dengan gaya kontrapuntis (anti melodi);
  • biola (menggantikan Rebab); sejak dibuat oleh Amati atau Stradivarius dari Cremona Itali sekitar tahun 1600 tidak pernah berubah modelnya hingga sekarang;
  • flute (mengantikan Suling Bambu), pada Era Tempo Doeloe memakai Suling Albert (suling kayu hitam dengan lubang dan klep, suara agak patah-patah, contoh orkes Lief Java), sedangkan pada Era Keroncong Abadi telah memakai Suling Bohm (suling metal semua dengan klep, suara lebih halus dengan ornamen nada yang indah, contoh flutis Sunarno dari Solo atau Beny Waluyo dari Jakarta);
  • selo; betot menggantikan kendang, juga tidak pernah berubah sejak dibuat oleh Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600, hanya saja dalam keroncong dimainkan secara khas dipetik/pizzicato;
  • kontrabas (menggantikan Gong), juga bas yang dipetik, tidak pernah berubah sejak Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600 membuatnya;
Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang kontrapuntis dan selo yang ritmis mengatur peralihan akord. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen bawah. Flut mengisi hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong.
Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang menggunakan organ tunggal serta synthesizer untuk mengiringi lagu keroncong (di pentas pesta organ tunggal yang serba bisa main keroncong, dangdut, rock, polka, mars).


1915-1937, banyak musisi datang ke Indonesia dari luar negeri, misal Rusia, Prancis, Belandaa, Polandia, Cekoslovakia, dan Filipina. yang kemudian musik keroncong ketambahan instrumen berupa : Cello, String Bass, Flute, dan Gitar Melodi.

tempat-tempat pusat Keroncong di Indonesia antara lain,
1. Kampung Tugu 
2. Kampung Kemayoran

pada kedatangan Jepang, keroncong dilarang karena dianggap mempunyai unsur kebarat-baratan. dan lagu-lagu yang ada diarahkan yang lebih ketimuran dengan tema kepahlawanan dan cinta tanah air. Pada jaman Jepang ini pula lahir banyak lagu-lagu keroncong yang bertemakan cinta tanah air atau kepahlawanan seperti ”Suci”, ”Hanya Engkau” dan ”Jembatan Merah”. Dan pada saat itu pula lagu ”Bengawan Solo” mulai dikenal dan bahkan sampai ke negeri Jepang. Tema ”Kepahlawanan” dan ”Cinta Tanah Air” tetap bertahan bahkan setelah Jepang meninggalkan Indonesia. Lagu ”Selendang Sutera”, ”Sepasang Mata Bola” dan ”Melati di Tapal Batas” adalah contoh lagu yang lahir setelah tahun 1945.



Sementara adanya pendapat yang berbeda mengenai keberadaan musik keroncong di Indonesia, apakah merupakan musik asli Indonesia atau bukan, sebaiknya tidak perlu diperdebatkan. Sangat sulit untuk mengatakan jenis musik tersebut asli ciptaan orang Indonesia sebab menurut catatan atau sumber yang ada, musik tersebut adalah kesenian yang lahir dari orang-orang yang mempunyai hubungan erat dengan orang-orang Portugis. Namun, musik keroncong yang berkembang di Indonesia pun bukanlah jenis musik keroncong asli Portugis. Yang bisa dikatakan adalah telah terjadi akulturasi atau percampuran antara musik keroncong yang berasal dari Portugis dengan musik-musik atau budaya yang ada di Indonesia. Demikian pula dengan jenis jenis musik lainnya yang banyak mendapat pengaruh luar seperti pop, jazz atau blues.

Agaknya, sekarang masyarakat Indonesia secara umum mengenal musik keroncong sebagai sebuah kesenian musik khas Indonesia yang memiliki irama yang dinamis, melodius dan teknik bernyanyinya dengan cengkok khusus, dibawakan oleh pemain musik dan penyanyi yang sopan dan tidak banyak gerak dan gaya, sehingga terkesan kaku. Banyak orang mengganggap keroncong adalah musik untuk kalangan orang tua. Pada hal bila ditelusuri ke belakang, sebenarnya musik jenis ini justru dinyanyikan oleh kalangan muda untuk merayu para nona-noni.


-catatan kuliah, makalah dipresentasikan pada Seminar Sejarah dengan tema Sejarah Seni Pertunjukan dan Pembangunan Bangsa yang diselenggarakan oleh Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta pada tanggal 17-18 Mei 2006 dan sumber lainnya- 20 November 2012

0 Comments