Bangsa
Jepang yang pada Perang Dunia tidak
dipandang sebagai ancaman oleh para negara sekutu, kemudian muncul sebagai
negara yang paling maju di wilayah Asia Timur. Walaupun negara tersebut sering
mengalami kehancuran baik saat perang terjadi maupun oleh bencana alam, namun
tidak membutuhkan waktu yang lama untuk negara itu bangkit.
Karakter
masyarakat Jepang yang mempunyai sifat dan karakter yang sangat unik, seperti
kejujuran, tanggung jawab, kesetiaan, hormat, pantang menyerah, disiplin,dan
keberanian. Serta masyarakat Jepang dikenal sebagai orang yang suka bekerja
keras. Hal tersebut berakar pada budaya masa lalu Jepang seta ditambah dengan
konsep kekeluargaan dari ajaran Konfusius. Terutama budaya masa lalu tentang “
Bushido”.
Bushido
Bushido
berarti ‘jalan ksatria’ atau bisa disebut juga etika moral bagi kaum ksatria. Makna
secara umum dari Bushido adalah sikap rela berkorban bagi pemimpin atau negara.
Yang kemudian diperluas dan diformalkan sebagai kode awal samurai dan
menekankan pada penghematan, kesetiaan, penguasaan bela diri, dan kehormatan
sampai mati. Bushido juga mencakup belas kasih bagi mereka dar status yang
lebih rendah untuk pelestarian nama.
Awalnya
Bushido berwujud literatur lebih lanjut dalam memberlakukan persyaratan untuk
melakukan diri dengan ketenangan, keadilan, dan kepatutan.bagian lain dari
filsafat bushido adalah mencakup bagaimana metode membesarkan anak, penampilan,
dan perawatan. Namun semua itu juga dapat dilihat sebagai dari persiapan
konstan seseorang menuju kematian yang baik dengan kehormatan yang utuh.
Aspek
spiritual sangat dominan dalam falsafah bushido, seorang samurai memang
menekankan kemenangan terhadap pihak lawan, tetapi tidak berarti dengan
kekuatan fisik. Dalam semangat bushido, seorang samurai diharapkan mampu
menjalani pelatihan spiritual guna menaklukan dirinya sendiri, karena dengan
menaklukan dirinya sendirilah samurai dapat mengalahkan orang lain.
Jika
dilihat dari sumbernya, nilai bushido berasal dari ajaran budhisme dan
shintoisme. Dimana terdapat perasaan percaya, tenang terhadap nasib, pasrah
terhadap hal-hal yang tak terelakan serta kesetiaan terhadap kaisar. Juga tidak
ada konsep Sang Pencipta dan konsep dosa sehingga mati bunuh diri tidak ada
sangkut pautnya dengan nilai norma doktrinat agama, yang ada hanya konsep karma
dimana “perbuatan yang baik akan berakibat baik pula”.
Bushido
telah terimplementasikan dengan baik dan sudah menjadi sistem kepribadian
masyarakat Jepang, nilai-nilai tersebut yaitu :
1. Gi ( integritas)
Senantiasa mempertahankan etika,
moralitas dan kebenaran. Integritas merupakan nilai bushido yang paling utama.
Kata integritas mengandung arti keutuhan meliputi seluruh aspek kehidupan,
terutama antara pikiran, perkataan, dan perbuatan. Nilai ini sangat dijunjung
tinggi dalam falsafah bushido dan merupakan dasar untuk mengerti tentang moral
dan etika sertta menjalankannya secara utuh dan menyeluruh.
Integritas
bisa diartikan kesempurnaan, kesatuan, keterpaduan atau ketulusan. Semua arti
kata itu tepat sekali mendukung pembentukan sosok pribadi manusia sesuai yang
diharapkan yaitu manusia “paripurna” atau secara sederhana ialah manusia yang
penuh dengan “kemuliaan”.
Integritas
seringkali ditujukan pada orang yang dianggap sudah baik secara mental maupun
spiritual. Karena itu kata integritas melekat pada pribadi orang-orang yang
“arif dan bijaksana” yang dalam kehidupan kesehariannya mampu menjadi sosok
manusia panutan dan sebagai teladan. Bagi seoarang pemimpin, integritas
merupakan hal yang utama. Karena integritas adalah kualitas paling vital yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
2.
Yu (keberanian)
Keberanian merupakan asset yang
berharga bagi siapapun yang hidup di dunia ini. Tanpa keberanian seseorang
tidak akan menjadi siapa-siapa dan tidak akan meraih kesuksesan. Keberanian bias
menjadikan sesuatu yang dianggap mustahil menjadi kenyataan. Keberanian
memungkinkan seseorang untuk keluar dari kesulitan dan bahkan berhasil meraih
kesuksesan.
Seseorang yang batinnya memang
pemberani akan menunjukan loyalitas dan kasih sayang pada pimpinan dan
orangtua. Mereka juga mempunyai kesabaran, sikap toleran, serta menghargai apa
saja. Bukan dikatakan pemberani karena seseorang cepat meluapkan amarahnya.
Seseorang pemberani adalah mereka yang dapat menguasai diri atau nafsunya
sewaktu marah.
3. Jin ( Murah Hati)
Mencintai sesama, kasih saying dan simpati. Bushido memiliki
aspek keseimbangan antara maskulin (yin)
dan feminine (yang). Jin mewakili
sifat feminine. Meski berlatih ilmu pedang dan strategi perang, para samurai
harus memiliki sifat pengasih dan peduli pasa sesame manusia. Sikap ini harus
tetap ditunjukkan baik di siang hari yang terang benderang, maupun di kegelapan
malam. Kemurahan hati juga ditunjukkan dalam hal memaafkan. Mencintai sesama,
kasih saying dan simpati. Bushido memiliki aspek keseimbangan antara maskulin (yin) dan feminine (yang). Jin mewakili sifat feminine. Meski berlatih ilmu pedang dan
strategi perang, para samurai harus memiliki sifat pengasih dan peduli pasa
sesame manusia. Sikap ini harus tetap ditunjukkan baik di siang hari yang
terang benderang, maupun di kegelapan malam. Kemurahan hati juga ditunjukkan
dalam hal memaafkan.
4. Rei (Hormat dan Santun Kepada orang lain)
Bersikap santun dan hormat pada orang
lain. Ksatria tidak pernah bersikap kasar dan ceroboh, namun senantiasa
menggunakan kode etiknya secara sempurna sepanjang waktu. Sikap santun dan
hormat tidak saja ditujukan pada pimpinan dan orang tua, namun kepada tamu atau
siapa pun yang ditemui. Sikap santun meliputi cara duduk, berbicara, bahkan
dlam memperlakukan benda ataupun senjata. Hingga saat ini kesantunan para
samurai masih terlihat pada cara orang jepang menundukkan kepalanya sebagai
tanda hormat.
5. Makoto – Shin (Kejujuran dan tulus ikhlas)
Samurai mengatakan apa yang mereka
maksudkan, dan melakukan apa yang mereka katakan. Mereka membuat janji dan
berani menepatinya. Jujur dan tulus ikhlas merupakan kode etik samurai yang
berarti berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan
kebenaran. Para ksatria harus menjaga ucapannya dan selalu waspada tidak
menggunjing, bahkan saat melihat atau mendengar hal-hal buruk tentang siapapun.
6. Meiyo ( menjaga nama baik dan kehormatan)
Samurai akan menghormati etika,bukan
talenta. Dan mereka menghormati perbuatan, bukan pengetahuan. Salah satu cara
mereka menjaga kehormatan adalah tidak menyia-nyiakan waktu dan menghindari
perilaku yang tidak berguna. Jika anda di depan publik, meski tidak bertugas,
kau tidak boleh sembarangan bersantai. Lebih baik kau membaca, berlatih
kaligrafi, mengkaji sejarah, atau tata krama keprajuritan.
7. Chugo (kesetiaan pada pemimpin)
Kesetiaan ditunjukkan dengan dedikasi
yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Kesetiaan seorang ksatria tidak saja saat
pimpinannya dalam keadaan sukses dan berkembang. Bahkan dalam keadaan sesuatu yang
tidak diharapkan terjadi, pimpinan mengalami banyak beban permasalahan, seorang
ksatria tetap setia pada pimpinannya dan tidak meninggalkannya. Puncak
kehormatan seorang samurai adalah mati dalam menjalankan tugas dan perjuangan.
Seperti sabda Rasulullah “engkau tetap harus setia mendengar dan taat kepada
pemimpin meskipun ia memukul punggungmu atau mengambil haratamu, maka tetaplah
untuk setia mendengar dan taat”.
8. Tei ( peduli)
Tak peduli seberapa banyak kau
menanamkan loyalitas dan kewajiban keluarga di dalam hati, tanpa perilaku baik
untuk mengekspresikan rasa hormat dan peduli pada pimpinan da orang tua, maka
kau tidak bisa dikatakan sudah menghargai cara hidup samurai.
0 Comments